Minggu, 11 Maret 2012

It Has To Be You Chapter 1 (The Stories Begin)


It Has To Be You - Chapter 1 ( The Stories Begin )

Author: Retno Yollanda Puspitasari

Personal social network:
-Twitter:
@yollawyt
@mataharisenja17




***



Anak laki-laki berumur sekitar enam tahun itu sedang bergelayut manja pada Papanya. Dipeluknya lengan Papanya itu dengan pengharapan penuh atas permintaannya.

“Ayolah, Papa.. Iel mau adiiik” ujarnya memelas.

“Iel mau adik, Papa” katanya lagi setelah yang didengar hanya helaan nafas dari Papanya.

“Iya, iya. Sebentar ya” kata Papa Iel dengan sebuah senyum yang menghiasi bibirnya.

“Ayo, Papa. Kita cari adik baruuu” pinta Iel.

“Iya, iya. Ayo, kita berangkat” ajak Papa Iel sambil menggendong putra satu-satunya itu ke dalam mobil.

Agak berat hati laki-laki itu waktu menuruti permintaan anak semata wayangnya itu. namun, apa daya. Yang diinginkannya adalah kebahagiaan anaknya. Setelah kematian Mamanya, anak semata wayangnya itu jarang mendapatkan teman dan cenderung kesepian karena memang, dia sendiri sibuk mencari nafkah untuk menghidupi anak semata wayangnya itu.

“Iel, kamu main dulu sebentar ya, nak. Papa mau ketemu sama Ibu Panti dulu. Oke, jagoan??” ujar Papanya.

“Okebos” jawab Iel sambil berpose hormat pada Papanya. Papa Iel mengacak rambut anak semata wayangnya itu dengan kasih sayang.

Iel langsung menghambur setelah punggung Papanya menjauh dari pengelihatannya. Matanya langsung terpaku pada sebuah danau buatan dibelakang Panti Asuhan itu. Langsung dikejarnya danau itu tanpa bicara apapun.

“Hiks… Hiks… Hiks…” Iel mendengar sebuah tangisan dari arah danau itu. bulu kuduknya berdiri. Namun setelah didapatinya seorang anak perempuan tengah menangis, ia menjadi lega. Bukan hantu yang sedang menangis yang ia lihat, melainkan sosok anak perempuan dengan rambut panjang yang sedang menangis.

“Kamu kenapa??” tanya Iel ramah sambil memegang bahu anak itu.

“Boneka aku.. Hiks.. Hanyut” jawab anak perempuan itu.

“Boneka kamu hanyut??” ulang Iel. anak perempuan itu mengangguk.

“Udah, kamu nggak usah nangis, ya? Nanti aku ajak ke tempat Papa aku. Biar kamu dibeliin boneka. Oh iya, nama kamu siapa??” tanya Iel.

“Nama aku Ify. Tapi.. Papa kamu baik kan??” tanya anak perempuan yang ternyata bernama Ify itu.

“Iya, kamu tenang aja. Papa aku orang baik kok” jawab Iel.

Ify dan Iel langsung bergandengan menuju kantor Ibu panti. Papa Iel tersenyum melihat anaknya telah datang.

“Bagaimana Pak Damanik?? Mau lihat-lihat anak yang cocok untuk diadopsi??” tanya Ibu Panti.

“Anak ini, belum ada yang mengadopsi kan, Bu?” tanya Papa Iel sambil menunjuk Ify.

“Belum, Pak. Apa Bapak mau mengadopsi anak ini??” tanya Ibu Panti.

Papa Iel hanya tersenyum, lalu membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan kedua anak itu. Kedua anak itu tersenyum melihat senyum Papa Iel. “Nama kamu siapa, sayang??” tanya Papa Iel pada Ify.

“Nama aku Ify, Oom” jawab Ify ragu-ragu.

“Papa.. Tadi boneka Ify jatuh kan, di danau belakang itu. terus tadi dia nangis. Papa mau nggak, beliin Ify boneka baru??” tanya Iel dengan ekspresi lucu.

Papa Iel mengacak rambut anak semata wayangnya. “Tentu, sayang. Gimana kalo Ify ini jadi adik kamu sekarang?? Kita tinggal sama-sama di rumah” kata Papa Iel.

“Iya, Pa. Iel mau.. Asiiik..!! Ify, nanti kita tinggal sama-sama ya, di rumah. Nanti Ify jadi adek Iel. Iel jadi kakak Ify. Ify panggil Iel abang ya, mulai sekarang. Ify mau kan??” kata Iel.

“Iya, Ify mau” ujar Ify.

“asiiik!!” kata Iel.

“Bu, Ify saya bawa dulu, ya. Mengenai surat-suratnya, besok saya kesini lagi untuk mengurus surat-surat dan akte kelahirannya. Permisi, Bu” kata Papa Iel.

Iel, Ify dan Papanya langsung meninggalkan panti Asuhan tempat Ify diasuh sejak bayi. Sekarang, resmilah Ify menjadi adik baru Iel dan putri baru Papa Iel.


***



“Cakka!! Gocek kesini..!!” seru seorang anak perempuan dengan topi yang menyelubungi kepalanya. Rambutnya yang panjang diikat satu.

“Enggak!!” kata anak laki-laki bernama Cakka itu sambil mengambil bola yang ada di bawahnya.

“Cakka!! Jangan coba-coba curang!!” seru anak perempuan itu.

“Enggak, enggak!!” jawab Cakka sambil meletakkan kembali bola itu diatas tanah. Namun ketika anak perempuan yang menjadi lawannya lengah, kembali diambilnya bola itu dan diangkatnya tinggi-tinggi, lalu dilemparkan ke dalam gawang.

“GOOOOLLL!!!” seru anak laki-laki itu dengan bangga.

“Cakka jangan curaaaaang!! Itu bukan Gol!! Cakka masukin bolanya pake kaki, jangan dipegang! Cakka curang” seru anak perempuan itu.

“Siapa yang curang?? Cakka nggak curang, kok” jawab Cakka.

“Cakka yang curang”

“Enggak, Cakka nggak curang!!”

“Nggak mau tau, pokoknya kamu curang!!”

“Aku nggak curang!!”

“Kamu curang!!”

“Aku nggak curang” elak Cakka.

“Kamu curang!! Masa’ bola-nya dimasukin pake tangan sih?!”

“Nggak papa, dong. Biasanya juga Cakka liat orang masukin bola pake tangan. Gawangnya tinggi. Jadi nggak apa-apa dong kalo Cakka masukin bolanya pake tangan juga” kata Cakka.

“Itu namanya bola basket, Cakkaaa.. Kita main sepak bola. Jadi bolanya harus disepak. Ditendang. Bukan dipegang terus dilempar”

“Dasar cerewet” kata Cakka.

“Apa kamu bilang??”

“Kamu cerewet” jawab Cakka enteng tanpa dosa.

“Aku nggak cerewet!!” kilah anak perempuan itu.

“Kamu cerewet. Kayak nenek lampir aja tau nggak” kata Cakka sambil tertawa kecil.

“CAKKAAAAAA!!!!” seru anak perempuan itu marah, sambil berusaha mengejar Cakka.

“Coba aja kejar kalo bisa” kata Cakka dengan gaya meledek anak perempuan itu.

“Cakka jangan lari… Ups, maaf” kata anak perempuan itu setelah melihat apa yang diinjaknya.

Anak laki-laki berparas oriental itu seketika menatap tajam manik mata si penginjak mainannya. Namun ketika yang dilihatnya adalah anak perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki dan biasa dilihatnya itu, ketajaman itu memudar. Hanya ada tatapan ramah dari anak laki-laki itu

“Alvin, maafin Agni. Agni nggak sengaja injak mainan Alvin. Nanti Agni bilang ke Papa deh, biar nanti remote control Alvin diganti” kata anak perempuan yang namanya Agni itu.

“Nggak papa kok” jawab Alvin, anak laki-laki itu.

“Tapi mainan Alvin sampe hancur kayak gitu. Agni bilang ke Papa Agni aja ya, biar diganti. Agni minta maaf ya, Alvin. Agni nggak sengaja. Gara-gara Cakka tadi itu. makanya Agni sampe ngejar-ngejar dia”

“Udah, nggak papa. Remote control ini juga emang udah rusak kok” kata Alvin.

“Kenapa nih??” tanya Cakka.

“Remote control nya Alvin keinjek sama agni waktu ngejar Cakka. Cakka siiih” kata Agni menyalahkan Cakka.

“Kok Cakka sih?? Alvin, ini bukan salah Cakka, ya. Ini salah Agni. Ag, minta maaf gih, sana” suruh Cakka.

“Nggak papa kok, Cakka. Yaudah yuk, Ag. Kita masuk ke rumah aja” ajak Alvin.

“Iya, yuk” Agni langsung mengikuti Alvin.

“Tungguin!!” seru Cakka yang ikut masuk ke dalam rumah.



***



Wan en wan.. Ai lof mai mader.. Tu en tu.. Ai lof mai fader tu.. Tri en tri.. Ai lof brader sister.. Wan tu tri, ai lof mai femeli..” lagu yang diiringi ukulele itu berhenti dengan deraian tepuk tangan.

“Io, Io bagus banget main gitarnya” kata Via.

“Ini bukan gitar, Via. Ini namanya ukulele” ralat Rio.

“Iya. Io bagus banget mainnya. Ajarin Via mau yaa” ujar Via.

“Boleh. Pia mau diajarin kapan??” tanya Rio.

“Io.. Shilla juga mau diajarin main ukulelelele nya” pinta Shilla.

“Ukulele Shilla. Bukan Ukulelelele” ralat Rio.

“Aa Shilla jangan ikut-ikut Pia. Jangan minta ajarin main ukulele ama Io. Shilla belajar sendiri aja. Io pacar Pia, tau!!” ujar Via.

“Io pacarnya Shilla. Pia jangan ambil-ambil pacar Shilla. Io punya Shilla. Pia kan udah ada Alvin” kata Shilla.

“Shilla kan juga udah punya Cakka”

“Cakka ama Shilla nggak boleh pacaran. Kami kan sepupuan berdua” kata Shilla.

“Alvin ama Pia juga nggak boleh pacaran. Kami kan kembar”

“Aaa pokoknya Io punya Shilla” kata Shilla.

“Diaaam..!! Itu pacar Io” kata Rio sambil menunjuk seseorang yang baru datang dengan Iel dan Papanya. Rio langsung menggandeng anak perempuan itu kehadapan Shilla dan Via.

“Ini pacar Io. Jangan ganggu Io lagi ya..” kata Rio sambil tersenyum.

“Nama kamu siapa??” tanya Rio.

“Aku Ify, adiknya Iel” jawab Ify.

“Iel kan nggak punya adik”

“Kata Iel sama Papanya, aku adiknya Iel. kamu siapa??”

“Aku Rio. Sahabatnya Iel. kamu mau nggak, jadi pacar aku??” tanya Rio.

Ify hanya tersenyum. Tanpa disadari, Rio juga ikut tersenyum pada Ify.

“Iooo.. Jangan ambil Ify!! Ify adiknya Iel. jangan digangguin!!” seru Iel.

“Iel, Io nggak ganggu adik Iel, kok. Io cuman ngajak adik Iel pacaran doang. Nggak salah, kan??” kata Rio.

“Iooo.. Nggak boleh pacaran ama Ify. Ify itu adik Iel. siapapun yang ganggu Ify, akan berhadapan langsung sama Iel. termasuk Io, Alvin, sama Cakka” kata Iel.

“Tapi kalau Iel ganggu Ify, Iel berhadapan sama Io, ya??”

“Enggak akan..!! Iel nggak akan ganggu Ify”

“Kenapa??” tanya Rio.

“Karena Iel sayang sama Ify” jawab Rio.

“Berarti nanti Iel boleh dong, pacaran sama Ify??”

“Iel nggak tau. Tapi Iel sayang sama Ify. Siapapun nggak boleh gangguin Ify. Termasuk ngajak Ify pacaran”

“Kalo gitu kita jagain Ify sama-sama aja. Nanti kita temen sama-sama. Ada Agni, ada Alvin, ada Cakka, ada Iel, ada Shilla, ada Io, ada Ify, ada Sivia juga. Kita temenan yaa” kata Rio.

“Okeee” ujar Iel


***


10 YEARS LATER


“Eh, Piong..!! Lo jadi ikut ke sirkuit gak?? Bentar lagi Alvin mau nge-trek, nih!!” ujar Shilla.

“Iye, iye. Bawel ah lu, Shil. Ni bentar lagi. Gue mau pake bedak dikit. Dikiiiiit aja. Lo tunggu aja di bawah deh. Gue turun lima menit lagi” kata Via.

“Enggak. Lo kalo ditinggal tuh lama. Mending gue pelototin aje elo-nya biar lo bisa cepetan dikit. Ini tuh udah jam tujuh tau, Via. Alvin jam stengah 8 udah stand-by. Kita belom ngasih duit taruhannya. Lo tau kan, konsekuensi kalo telat dikit bayarnya??”

“Iya. Gue tau. Bayar dua kali lipet kan?? Gue nggak bego-bego amat kali, Shil” kata Via sambil memoles bedak sekali lagi ke wajah mulusnya itu.

“Ya kalo elo udah tau ngapain make bedaknya di-dobelin siiiih.. Cepetaaaaaaaan…!!!” pekik Shilla tertahan.

“Iyaaaaaa” kata Via yang akhirnya langsung setengah berlari menuju lantai bawah.


Sementara itu, di sirkuit…

“Halo..” buka Alvin segera setelah nada sambung berbunyi.

“Iya, Alviiiin.. Bentar lagi ini lagi macet jadi besar kemungkinan gue ama Shilla nggak bisa cepet kesana. Shilla lagi nyari jalan tikus nih biar kita bisa cepetan kesana. Elo gimana udah standby apa belom??” ujar lawan bicara Alvin, kembarannya. Yaitu Sivia.

“Eh, comber!! Lo ngomong pake titik koma ngapa?? Bebek amat mulut lo” dumel Alvin.

“Lo kata gue lagi nulis, pake titik koma??” kata Sivia tak kalah mangkelnya.

“Yaudah kalo gitu gue tunggu di sebelah warung biasa gue nongkrong. Lo udah siap ama 2 jutanya kan??”

“Loh?? Kata Shilla malah 5 juta?!” kata Via kaget. Shilla, yang ada disebelahnya malah cekakakan nahan tawa.

“Hah?? Kasihin hapenya ke Shilla. Ada yang mau gue omongin ke dia”

Sivia patuh. Disodorkan HP-nya kepada Shilla yang sekarang sedang berusaha menyimpan tawanya agar lepas begitu terdengar suara Alvin.

“Shil, lo mau korupsi ya?!” tuduh Alvin tanpa babibubebo.

“Hahahahahahah… Yaaaaa gitu deeeh.. Lagian nih kembaran lo bikin gue bingung..!! dibilang pinter, jauh. Dibilang bego, nggak bego-bego amat. Jadi ya gue tes dulu. eh, gak taunya bego beneran (._.v SH) Hahahaha” Shilla larut kembali dalam tawanya.

“Shilla!!” kata Via sambil memukul pelan lengan Shilla.

Shilla makin semangat tertawa. Sedangkan Alvin diseberang makin heran dan juga ikut-ikutan ketawa gara-gara tawa Shilla itu emang bikin ketawa. Bukan masalah ledekannya yang lucu. Tapi ketawanya Shilla. Sekali lagi, KETAWANYA..!!

“Dah deh, lo cepetan kesininya. Terus ikutin aja perintah Via. Tuh anak patuh kok, sama apa yang gue omongin. Lagian juga kayak yang lo bilang tadi. dibilang pinter, jauh. Dibilang bego, nggak bego-bego amat” ujar Alvin.

“Hahaha,.. Iya deh, Pit. Gue bawa mobil nih. Gue kasih ke Via yah” kata Shilla.

Shilla menyodorkan HP Via kepada si pemiliknya yang sedang memasang tampang cemberut disebelahnya itu.

“Apa?! Ngatain gue bego segala?! Sok pinter lo!!” kata Via dengan muka ditekuk.

“Sori. Nih, Alvin” ujar Shilla sambil menyodorkan HP Via yang belum diterima pemiliknya itu.

“Nggak! Kalian sama aja. Bilang aja ke dia, gue ngambek. Pokoknya ntar dia kudu beliin gue jajanan ato apaa kek gitu. Bilang aja gitu” kata Via.

“Ngapain gue bilang kayak gitu ke Alvin?? Kalo lo mau ngambek, ya ngambek aja” kata Shilla polos.

“Nyebelin lo, Shil!!”

“Sama! Lo juga”

“Apaan sih?! Udah, lo terusin aja noh jalannya. Nanti nabrak gue yang ganti, lagi”

“Iya, bawel. Udah, lo perlu diem aja. Kagak usah komentar deh” ujar Shilla.


_Ditempat Lain_

“Beneran Om.. Tadi Agni ama Cakka denger sendiri kok, kalo Via ama Shilla mau ke sirkuit. Katanya ada balap motor di sirkuit, Om. Terus mereka bilang Alvin ikutan. Gitu katanya tadi” lapor Agni pada Papa Alvin dan Via.

“Emangnya mau ngapain tuh anak dua ke sirkuit?? Emang pada bisa bawa motor, apa??” tanya Iel yang baru datang.

“Nyusul Alvin, bego!! Kalo Shilla ama Via mah, kagak ada yang percaya mereka bawa motor” jawab Cakka.

“Lo tuh yang bego!” kata Iel sambil menoyor kepala Cakka.

“Pale lo! Nih” gantian Cakka yang menjitak kepala Iel.

“Kalian pada apa-apaan sih, jitak-jitakan segala” omel Rio.

“Udah deh. Jadi beneran Shilla ama Via ke sirkuit nyusul Alvin, Ag??” tanya Ify.

“Gue denger sih gitu Fy. Makanya, kita buktiin aja. Gimana?? Om sama Tante setuju nggak kalo kita liat ke sirkuit??” tanya Agni.

Papa Via dan Alvin nampak berfikir-fikir sejenak.

“Bener-bener tuh si Alvin, Pa. kan udah kita larang buat balapan motor. Atau kita tarik aja motornya sekarang??” ujar Mama Alvin dan Via.

“Ng.. Tahan dulu, Tante. Siapa tau Alvin punya alesan kenapa dia balapan gitu. Kan siapa tau, Tante” kata Cakka.

“Yaudah. Kita sekarang ke sirkuit. Kita cari Alvin disana. Kalian jangan sampe ngehubungin Alvin dan ngasih tau kalo kami mau kesana” ujar Papa Alvin.

“Kita ikut aja deh Om, Tante” ujar Agni dan Rio barengan.

“Gue ikut, Ag” kata Cakka.

“Yaudah kalo gitu. Iel sama Ify jaga disini. Kita berangkat ke sirkuit” kata Mama Via.

“Iya, Tante. Hati-hati ya..” jawab Ify dan Iel bersamaan.



***



“GO ALVIIIIIIN..!!!”

“ALVIIIIN..!! MENANG BUAT KITA YAAAA..!!!”

“ALVIN..!! ALVIN..!! ALVIN..!!”

“ALVIIIIN WE HEART YOU..!!!”

“WOOOOOO…!!!”

Teriakan-teriakan para pendukung yang membahana itu memeriahkan pertandingan. Diiringi deru motro yang digas gila-gilaan.

Dari satu kubu, telah berderu motor dari Riko Anggara dan pendukung-pendukungnya. Lawan Alvin ini memang Raja Jalanan. Maksudnya sudah tak terhitung lagi berapa kali dia menang dalam berbagai kompetisi balapan motor. Seangin lebih cepat dibandingkan Alvin.

“SATU….”

“DUA…”

“TI…”

“STOOOOOP..!!” seru seseorang.

Slayer yang tadi sudah hampir dijatuhkan tersimpan kembali. Semuanya tercengang dengan hadirnya Cakka, cowok ganteng yang  biasanya nggak ikut-ikutan kalau sahabatnya ini ikut balap di sirkuit. Jangankan ngehalangin orang mau balapan. Ke sirkuit langsung aja baru sekali.

“Lo apa-apaan sih, Kka??” kata Alvin setelah mematikan mesin motornya yang tadi berderu dengan nyaringnya.

“Kamu yang apa-apaan, Alvin” seru Papanya yang baru saja muncul. Diiringi Mamanya, Agni dan Rio.

“Lho?? Papa?!” kata Alvin kaget setelah mendapati Papanya ikutan hadir dalam acara balapan liarnya itu. apalagi kali ini diiringi Mama dan sahabatnya. Kecuali Iel dan Ify.

“Shil, kok itu bokap gue sama nyokap gue dateng sih?? Asik dah,, mau dukung si Alvin” kata Via sambil joget kegirangan.

“Viaa.. Lo tuh kapan pinternya siih?? Itu si Alvin lagi dimarahin bonyok kalian, tau gak!!” ujar Shilla sambil menoyor kepala Via.

“Sirik aja lo Shil. Mau oon juga lu yee..” kata Via.

“Bego aja gue kagak mau, apalagi oon. Nggak deh, makasih” ujar Shilla sambil berlalu menuju tempat berkerumunnya sahabat-sahabatnya itu.

“Shil..!! Shilla..?! Lo mau kemana sih??” tanya Via.

“Ke hatimuuuu” jawab Shilla.

“Susah amat siii ngomong sama orang pinter. Gue nanya serius, juga, ih!!” kata Via.

“Udah, Alvin!! Sekarang kamu pulang! Mama sama Papa ada urusan. Nanti kalau sampe Mama nelpon ke rumah dan Iel bilang kamu belum pulang. Siap-siap mobil anter-jemput kamu Mama aktifin lagi” kata Mama Alvin telak.

“Yaaah Mamaaaa” kata Alvin.

“Udah deh, Vin. Mending lo pulang aja. Kalo lo kesel, tonjok aja noh Kak Rio” kata Agni.

Alvin langsung nurut. Motornya kemudian dibawa oleh Rio. sedangkan ia sendiri ikut naik ke mobil Shilla bersama Via, Cakka dan Agni.


***


“Ciyeee.. Yang motornya baru ditariiiik” goda Iel.

“Apaan sih lu” ujar Alvin.

“Vin, gue malu deh punya kembaran kayak elo. Begonya nggak ketulungan. Kenapa sampe ketauan nyokap coba?? Padahal tuh kita udah bela-belain bayar mahal buat kekalahan elo. Aturannya tuh kita bisa dapet duit 5 juta. Eh, malah harus rela kehilangan 5 juta” tutur Via.

“Wawawaaaa… Judi tuh Ag” kata Cakka.

“Bener tuh, Kka. Yaudah. Lo ambil ancang-ancang. Satu, dua, tiga..”

“Judi,, Treeeeot!!” seru Agni dan Cakka berbarengan dengan gaya khas Sang Raja Dangdut sambil mendekat ke arah Ify dan Iel yang sedang duduk berdua di tepi kolm sambil bercerita-cerita.

“Apa-apaan sih lo Ag, Kka” kata Ify.

“Ikutan doong.. Judiii Treeeot..!!” ujar Rio sambil menirukan gaya Agni dan Cakka tadi.

“Lewat, lewat, lewat. Telat lo!!” ledek Agni dan Cakka hampir berbarengan.

Rio menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal itu. Semuanya ketawa gara-gara ngeliat tingkah Rio yang bener-bener diluar dugaan itu. karena biasanya, Rio nggak pernah garuk-garuk tengkuk.

“Apaan sih, pake ngetawain gue segala” kata Rio.

“Yeee.. GR!!” ujar Shilla sambil melemparkan bungkus kulit kacang kepada Rio.

“Wooo..!! Rio GR..!!” seru yang lainnya smabil minum soda kaleng yang tersedia diatas meja tamu.

TOK.. TOK.. TOK...

“Vi, bukain dulu dah tuh pintunya” suruh Alvin.

“Lho, kok gue sih??” protes Via.

TOK.. TOK.. TOK.. TOK..

“Udah laah.. bukain aja tuh pintunya. Siapa tau tamu penting” kata Ify.

“Tapi kan…”

“Emang lo pikir siapa lagi yang mau bukain pintu?? Alvin kan masih shock” kata Iel.

“Iya deh.. Iya.. Apa daya, aku tak kuasa” kata Via sambil berjalan menuju pintu rumah utamanya.

Pintu perlahan terbuka seiring pucat dan bergetarnya tubuh Via. Orang dibalik pintu itu….


“Selamat Malam. Kami ingin bertemu dengan pemilik rumah ini” kata sekelompok Polisi yang ada di balik pintu utama itu.

“Saya pemilik rumah ini, Pak” kata Via dan Alvin.

“Tangkap dia!!” kata seorang polisi sambil menunjuk Alvin. Mungkin komandannya.

“Pak.. Saya salah apa, Pak?” tanya Alvin dengan heran.

“Nanti beri saja kesaksian di kantor polisi. Sekarang ikut kami dulu”

“Tapi, Pak. Kakak saya salah apa??” tanya Via.

“Saudara ini…..”




TO BE CONTINUED…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar