It Has To Be You – Chapter 2 (Jealous)
Author: Retno Yollanda Puspitasari
Personal social network:
-Twitter:
@yollawyt
@mataharisenja17
***
“Saudara ini sudah menjadi buronan polisi sejak dua bulan terakhir karena tuduhan pemakaian Narkotika” kata seorang polisi bertubuh jangkung dan berkumis tebal.
Wajah Alvin kontan pucat. Setaunya, dia tidak pernah menyentuh (apalagi sampe menggunakan) barang haram tersebut. Belum hilang rasa kagetnya, sebuah tangan dengan cepatnya menampar pipi kiri dan kanan Alvin secara bergantian. Pucatnya wajah Alvin tergantikan oleh merah akibat tamparan itu.
“Via!!” seru Alvin kaget.
“Gue nggak nyangka sama elo, Vin. Gue kira, kita berdua. Kita!! Bisa hidup sama-sama dengan sifat yang mengarah ke kebaikan. Tapi, elo udah ngotorin semua usaha gue buat jadi seperti elo. Jadi yang sama persis sama elo. Buat apaan sih, elo jadi pemake?? Biar tambah keren, gitu?? Vin, gue tau. Keinginan lo jadi pembalap nggak terpenuhi sama bokap, sama nyokap. Tapi nggak harus lari ke narkoba kan, Vin. Ada gue. ada Agni, Shilla, ada Cakka, ada Rio, ada Iel dan juga ada Ify. Lo kenapa malah terjerumus sih??” ujar Via panjang lebar sambil sesekali menghapus airmata kekecewaannya.
“Via, gue..”
“Vin. Apa sih, kurangnya kita?? Apa?? Sampe elo tega kayak gini ke kita?? Gue nggak habis pikir, Vin. Gue kira elo udah cukup sempurna buat kita contoh. Seorang Ketua OSIS yang punya segudang talenta dengan image sebagai pangeran es. Gue nggak nyangka Vin.. Elo tuh… Pemake” kata Iel sambil memandang remeh ke arah Alvin.
“Yel,, dengerin gue. semuanya.. Gue bukan pemake!!” seru Alvin.
“Kita nggak mau tau. Biarpun elo sodara kita, sahabat kita, temen kita, tapi yang namanya hukum tetep harus ditegakkan. Pak, kalau mau tangkap dia, silakan aja Pak” kata Ify sambil mengacuhkan alvin yang duduk tepat diserong kanannya.
“Tunggu sebentar. Maaf, benar ini kediamannya Saudara Sion??” tanya Komandan yang tadi menyuruh untuk menangkap Alvin.
Mereka semua berpandangan dengan heran. Begitupula Alvin yang sedang menahan rasa perih di wajahnya akibat tamparan Sivia tadi.
“Kalau rumah Kak Sion, ada di seberang, Pak” kata Via.
“Sepertinya terjadi kesalahan. Kami mencari saudara Sion, bukan anda. Sekali lagi, kami minta maaf atas kesalah pahaman yang terjadi disini. Terimakasih atas petunjuknya. Sekali lagi, kami mohon maaf. Permisi” kata Polisi itu.
Selepas polisi itu pergi, mereka masih juga dilanda keheranan. Tak lama kemudian, tawa mereka bersama pecah dan menimbulkan gelombang suara ribut.
“HAHAHAHAHA…”
“Ngelawak tuh polisi. Bisa-bisanya salah rumah. Dikasih alamat palsu kali, sama Ayu Ting-Ting” kata Shilla dengan tawa terbahaknya.
“Jayus.. Jayuuuusss” seru Agni pada Shilla.
“Yee apa banget deh” balas Shilla.
“Wah, Vi. Tanggung jawab lo. Pipi Alvin merah tuh, kayak pake blush on” celetuk Rio.
“Tapi tambah cakep yah..” kata Ify.
“Hahahaha.. Sorry, Vin. Gue cuman Shock” ujar Via.
“Shock sih shock. Tapi jangan pipi gue juga kali, yang jadi korbannya” kata Alvin sambil memasang wajah setengah cemberut.
“Iya deh.. Iya, maaf” kata Via.
“Kalo gitu, sekarang makan yuuuk.. Laper nih” kata Cakka.
“Makan??” tanya Rio.
“Iya” jawab Cakka.
“Lagi??” ujar Iel memastikan dengan ekspresi dan nada tak percaya.
“Kalian apaan sih?? Kayak nggak tau perut gue karet aja deeh” kata Cakka.
“Yaudah deh. Gimana kalo kita makan bakso??” usul Agni.
“Yaah.. Jangan bakso deh, Ag. gue udah bulet nih. Tambah bulet ntar” tolak Cakka.
“Ah, perkara gampang. Kalian pengen nasi campur nggak??” tawar Shilla.
“Campur apa? Campur lauk??” tanya Iel.
“Bukan. Mungkin kata Shilla tuh kayak Nasi Campur Korea gitu kali. Yang isinya kayak salad. Gue sih setuju tuh. Soalnya gue lagi…” Via menggantungkan kalimatnya.
“Lagi diet kan lo?? Dasar!” kata Alvin sambil mengacak-acak rambut kembarannya itu.
“Kalo gitu, boleh deh, gue juga lagi diet nih” kata Ify.
“Jaaah.. Badan cungkring gitu pake diet segala?? Gue doong.. badan segede gentong kaga diet-diet” kata Cakka dengan nada meledek.
“Tumben lo ngaku gentong, Kka. Biasanya kagak” ujar Agni.
“Sekali-kali mah, kagak nape-nape. Asal jangan keseringan dipanggil gentong aja” kata Cakka.
“Yeee.. Gila!! Yaudah deh, kalo gitu yang cowok nyiapin tempat, kita makan di luar. Yang cewek masak-masak. Lo kan jago masak tuh Ag, ntar lo tolongin gue masaknya ya. Ify ama Via nyiapin nasi yang bakalan diolah aja. Oke?? Let’s go!” ujar Shilla.
“Girang amat lo. Ada apa buu??” goda Via.
“Ye.. Girang doang kagak boleh. Yaudah sono lo ama Ify. Gue mau ama Agni dulu” kata Shilla.
“Ngusir nih, ceritanya??” kata Via.
“Iya, yaudah deh lo sono!!” kata Shilla sambil mendorong Via pelan.
***
Seminggu ini adalah minggu paling melelahkan buat para anak OSIS karena minggu ini tugas mereka padat sebagai Panitia MOS. Contohnya Sivia, Alvin, Agni, dan Iel yang kebagian jatah nge-MOS. Sedangkan untuk empat orang yang lain, mereka cuman kebagian nungguin jam istirahatnya para PanMOS supaya mereka bisa sama-sama makan di kantin sekolah.
“Ag, absen PanMOS lo taro dimana??” tanya Alvin sambil mencari-cari dokumen diatas meja dengan sebuah telepon genggam di telinganya.
“Lo cari diatas meja gue aja. Tadi gue taro disitu” jawab Agni dari seberang. Ada telepon juga di telinga sebelah kirinya.
“Meja mana sih?? Kok gue cari nggak ada??” tanya Alvin dengan nada gemas.
“Di meja kelaaaas. Lo nyarinya di meja gue yang dimana sih??” tanya Agni setengah memekik. Membuat Alvin menjauhkan teleponnya.
“Lo nggak liat gue lagi di ruangan OSIS bareng elo?? Yaudah kalo gitu. Lo jangan nyante doang dong, bisanya. Kerja sono!” suruh Alvin dengan nada kesal sambil memasang tampang seperti orang keletihan.
Agni membalikkan badannya. Ternyata ada orang yang sedang menelponnya di belakangnya. Sontak Agni cengengesan.
“Lo kok disini sih, Vin?? Hehe.. Bikin kaget gue aja” Agni terdengar cengengesan dan mematikan teleponnya.
“Huuu.. Sok, lo!” kata Alvin sambil menoyor pelipis Agni
“Apaan sih lo? Sakit, tau!” Agni memegangi pelipisnya yang terkena toyoran gratis dari Alvin.
“Manja amat lo. Baru gue toyor dikit aja udah kesakitan. Yaudah lo sono ke aula. Bentar lagi pembukaan MOS-nya dimulai tuh”
“Ngusir??”
“Emang kedengeran ngusir??” tanya Alvin balik.
“Enggak sih”
“Kalo enggak, berarti gue kagak ngusir. Kalo gitu buruan deh lo ke aula. Lo nggak mau dapet sanksi gara-gara nggak ikut pembukaan kan?!”
“Dikasih sanksi mana ada yang mau siiiih?? Kecuali kalo dikasih duit ceban. Baru deh tuh gue mau”
“Mata duitan. Dasar” kata Alvin sambil geleng-geleng kepala.
“Biarin” kata Agni, lalu berjalan sambil mencibir kearah Alvin.
JDUG!!
“Adaaw emaak!!!” seru Agni kencang saat kepala yang sangat ia lindungi terkena benturan lumayan keras akibat menabrak daun pintu yang tertutup secara tiba-tiba itu. sedangkan lain pula respon dari Alvin yang langsung ngakak begitu Agni terduduk sambil memegangi kepalanya.
“Aduuh.. Agni, kenapa masih lesehan disini?? Pembukaan lima menit lagi loh” kata Bu Hartati yang membuka pintu ruang OSIS.
“Aaa Ibuu.. Siapa yang lesehan sih, Bu?? Saya nggak lagi lesehan, Bu. Tapi kepala saya sakit banget nih, Bu. Habis kejedot pintu” kata Agni sambil memegangi keningnya yang mulai menampakkan tanda-tanda kebenjolan itu.
“Yaampun. Kok bisa, sih?” tanya BU Hartati.
“Saya nggak tau, Bu. Tiba-tiba pintunya nutup sendiri” kata Agni.
“Aduuh.. Maafin Ibu ya, Agni. Tadi Ibu yang nutup pintunya. Abis Ibu kira nggak ada orang di dalem sini. Makanya Ibu tutup” kata Bu Hartati.
“Iya deh, Bu. Nggak papa. Ini juga kepala saya udah nggak terlalu sakit juga” ujar Agni.
“Sama siapa disini??” tanya Bu Hartati.
“Sama Alvin, Bu” jawab Agni.
“Kamu kok masih disini sih, Vin?? Ini udah.. Ya Tuhan! Sekarang kalian cepat ke aula. Kalian ini mau korupsi waktu? Lama-lamaan disini?!”
“Yaah Ibuu.. Bentar lagi. Saya mau cari absen PanMOS dulu, Bu. Abis itu saya langsung ke aula deh, Bu” kata Alvin.
“Lima menit lagi Ibu tunggu di aula. Kalau kamu belum masuk ke aula selama lima menit, terpaksa Ibu jatuhkan sanksi untuk kamu” ancam Bu Hartati.
“Iya, Bu. Permisi” ujar Alvin, lalu setengah berlari menuju kelasnya dan kelas Agni.
“Ayo, Agni” kata Bu Hartati yang kemudian berjalan menuju aula diikuti Agni dibelakangnya.
***
“Kalian nggak boleh ngelawan sama kata Kak Angel, Kak Alvin dan juga Kak Agni. Tapi, bukan berarti kalian boleh ngelawan sama kakak senior yang lain. Inget yah. Kalian tuh siswa-siswi baru disini. Kalau kalian ngelawan kata-kata PanMOS, kalian bakalan dapet sanksi yang berat. Kalau kami mau, kami bisa minta ke guru-guru yang bersangkutan buat nyoret nama kalian dari daftar murid baru” kata Agni panjang lebar.
“Wuiii sereem” desis seorang murid baru.
“Iya, serem. Makanya kalian jangan coba-coba buat ngelawan kami-kami disini” kata Angel.
“Iya, Kaaaak” koor murid-murid yang berada dalam pantauan regu Alvin, Angel dan Agni.
“Agni, Alvin. Kalian pantau dulu yah semuanya. Kakak mau ke kelas dulu. Izin soalnya ada pemilihan struktur kelas” katta Angel.
“Sip” jawab Alvin singkat.
Angel langsung berjalan cepat menuju arah gedung utara. Tempat semua anak kelas XII bernaung. Sementara itu, Alvin dan Agni langsung mengoceh.
“Gue jamin deh, Ag. ntar pasti kita dapet traktiran makan” kata Agni.
“Dari??” tanya Alvin.
“Tuuuuh” jawab Agni sambil menunjuk Rio dan Ify yang sedang lari berdua.
“Emang mereka pacaran??”
“Iya!” jawab Agni.
“Sok tau deh lo”
“Beneran”
“Tau dari mana??”
“Insting gue doongsee”
“Insting lo kebanyakan ngaco daripada benernya” kata Alvin sambi mengeluarkan hapenya.
“Aaaa.. Liat deh tuh, Vin. Romantis banget deh tuh anak dua” kata Agni. “Rioooo so sweet.. Hahaha” ujarnya lagi
“Apaan?? Kalo ngerangkul gitu juga mah, gue bisa kaliii” ujar Alvin. Lalu dipraktekkan cara Rio merengkuh pundak Ify pada Agni.
Muka Agni memerah tanpa ia sadari. Alvin juga begitu. Namun beberapa detik kemudian, dilepaskannya rengkuhan singkat itu. Mereka jadi salting sendiri ketika seorang murid baru memergoki Alvin yang tadi merengkuh pundak Agni.
“Apaan sih tuh anak?! Norak” umpat seorang cowok yang sedang latihan basket di lapangan basket yang bersebelahan dengan tempat berlangsungnya acara MOS itu.
Cowok itu perlahan melambungkan bola basketnya itu ke udara. Lemparannya tak meleset. Bahkan tepat melantun di depan sasarannya.
Agni menangkap bola basket itu dengan sigap. Lalu mencari-cari sekelilingnya. Melihat-lihat orang yang sekiranya melemparinya dengan bola basket itu.
“Cakka..” desis Agni pelan. Didapatinya Cakka dengan wajah yang hampir tertutup dengan rambut harajukunya sedang tersenyum miring ke arah Agni.
“Kalo lo cewek kuat, kita tanding sekarang juga” kata Cakka setengah berteriak.
“Lo apaan sih, Kka?? Nggak liat kalo gue lagi tugas??” ujar Agni dengan raut wajah kesal.
“Mana gue peduli?? Pokoknya lo harus tanding sama gue sekarang!!” paksa Cakka.
“Nggak! Lo nggak bisa maksa gue seenaknya gitu dong! Nih, bolanya!” kata Agni ketus sambil menyerahkan bola basket itu tepat di tangan Cakka.
“Hmm.. Lo nolak?? Berarti lo harus siap rahasia besar lo gue bongkar di depan semua anak baru dan juga PanMOS yang lagi tugas”
“Rahasia?? Rahasia apaan?? Jangan ngimpi gue pernah bocorin rahasia gue ke elo deh. Lo nggak lagi tidur, tau!!”
“I’m serious, Agni. Lo pasti nggak nyadar kalo gue tau elo suka sama…” Cakka membisikkan satu kata yang akhirnya membuat Agni sontak memucat. Satu kata. ALVIN!!
“Oke, mungkin semua orang nggak akan bisa tau isi buku lo yang menurut gue lebih mirip diary daripada catatan pelajaran. Tapi semua orang bakal tau kalo elo nolak buat gue ajak tanding. Hmm??” ujar Cakka dengan nada mengancam.
“Kka!! Elo…”
“Duuuh.. Gue nggak bisa nyangkal kalo selama ini orang yang gue suka ada di depan mata gue. gue nggak bisa terus terang sama tuh cowok dan gue juga nggak bisa nyembunyiin semua ini. Gue suka ama elo,,, AJS” ucap Cakka pelan. Nyaris tak terdengar. Namun Agni bisa mendengar ucapan Cakka tadi.
“AJS?? Alvin, kan??” tanya Cakka masih dengan suara pelan.
“Kka..” ujar Agni lirih. Kali ini terdengar mirip permohonan.
“Tangkep!!” seru Cakka sambil melemparkan bola basket itu kearah Agni. Agni terkesiap, lalu ditangkapnya bola basket itu, sementara pandangannya masih menitik pada Cakka.
Satu alasan kenapa Cakka ngotot pengen ngajak Agni duel. Bukan karena ingin unjuk kebolehan. Tapi karena ingin menjauhkan Agni dari Alvin. Setidaknya untuk sejenak. Sebentar saja.
“Agni!! Mau ngapain kamu?? Kamu kan tau acara MOS-nya belum selesaiii” kata Pak Bonar, sang Pembina OSIS.
Agni menoleh. Mampus! Pak Botak neraka ngamuk.. batin Agni menjerit. Ia hanya bisa pasrah dan mendengus sebal.
“Makan tuh bola!” Agni melemparkan bola itu dengan keras. Sengaja diberi tekanan saat melemparkannya pada Cakka. Bola itu meleset. Akibatnya, kepala Cakka terkena bola basket yang beratnya lumayan itu.
Kesakitan Cakka bertambah lagi ketika dilihatnya Agni berjalan berdua dengan Alvin, mengekor Pak Bonar yang taat banget sama peraturan itu. Kepala gue kok nggak sakit ya?? Malah dada gue yang sakit banget. Nyesekk!! Ujar Cakka dalam hati.
***
“Kak Iel, yang kakak pake rompi item itu namanya siapa??” tanya seorang siswi baru yang ikut MOS tahun ini.
“Oooh itu. Namanya Kak Rio. kenapa??” tanya Iel balik.
“Kak Rio tuh siapa sih, kak??” tanya cewek yang satunya.
“Ketua MPK. Kenapa sih, pada nanyain Kak Rio??” kali ini suara Via.
“Nggak papa kak. Ganteng yah..” ujar kedua siswi itu bersamaan.
Iel dan Via saling pandang. Terbesit sebuah ide dari Iel dan langsung disampaikannya ke Via supaya mereka bisa bergabung untuk mengerjai adik kelas mereka itu.
“Emangnya Kak Rio tuh ganteng??” tanya Via pada siswi yang masih terpaku pada Rio yang sedang menandatangani buku MOS siswi yng minta tandatangannya.
“Yaaa.. Kalo menurut kami sih ganteng. Iya nggak??” ujar cewek itu pada temannya.
“Biasa aja tuh. Ganteng dari mana coba?? Tapi kalo kalian ngerasa Kak Rio ganteng,, kakak tantangin kalian semuanya deh. Kakak mau ngakuin dia ganteng kalo kalian udah berhasil nembak si Rio. gimana??”
“Hah?? Kalo seandainya kita ditolak gimana, Kak??”
“Yah, itu sih resiko kalian. Tapi nanti, kakak janji deh bakalan ngasih tanda tangan Kak Rio sebagai ganti kalo kalian ditolak” jawab Via.
“Hmm.. Beneran ya Kaaaak??”
“Iya! Kalo gitu, mending kalian kesana sekarang aja. Mumpung nggak ada orang. Soalnya kalo ada orang dan kalian ditolak, kalian kan bakalan malu. Kalo diterima sih sukur. Kalo enggak??”
“Iya sih, Kak. Yaudah, doain ya, Kaaak” kata siswi itu, lalu berhamburan menuju tempat Rio berdiri.
Sementara itu, Sivia dan Iel yang melihat gaya kedua siswi yang sedang mereka kerjai itu lari, langsung tertawa ngakak.
“Lo gila, Yel!!” seru Via tertahan sambil memukul pelan lengan Iel.
“Nggak, lebih gila elo! Usahain minta tandatangan Rio?? Yang minta elo aja deh. Gue kagak mau ikutan” kata Iel masih setengah ngakak.
“Hahaha.. Kita tunggu reaksinya aja”
“Oke” kata Via.
Ditempat lain, Rio sedang kebingungan karena ada dua siswi yang sedang menyatakan cinta langsung pada Rio. Sebenernya, dia mau langsung pergi. Tapi karena keberadaan dua cewek yang minta buat dia terima, langkahnya jadi kepedot.
“Ayolaaaah.. Kak Rio terima kita aja yaaa.. Berdua nggak papa kok. Kami siap diduain ama Kak Rio” kata cewek yang berambut panjang.
“Iya, Kaaak.. Nggak papa kok, kalo cintanya Kak Rio kebagi duaa.. Asalkan keduanya itu kamiii..” ujar cewek itu.
Eee buseeet.. Mereka sih nggak papa kebagi dua cintanya. Nah gue?? Apa kata orang kalo gue gonta ganti cewek?? Ancur deh, reputasi gue batin Rio.
“Nggg…” Rio langsung tau begitu diseberang sana dilihatnya Via dan Iel ketawa ngakak dan tertuju ke arahnya. Pasti tuh, kerjaannya tuh kuya dua pikir Rio.
Mungkin Dewi Fortuna juga sedang berpihak kearah Rio. disaat dia hampir mengumpat pada Via dan Iel, Sang Dewi Penolong itu langsung menghadirkan Ify yang sebenarnya sedang buru-buru mau ke toilet. Tapi langkah Ify langsung dicegah oleh Rio. Tanpa pikir panjang, langsung dikeluarkannya kata-kata andalannya waktu dulu.
“Maaf yaaa.. Tapi kakak udah punya pacar. Ini dia pacar kakak.. Iya kan, sayang” kata Rio. Kedua siswi itu terperangah. Sama terperangahnya juga dengan Via dan Iel yang tadi ngakak.
Ify apalagi. Dia malah makin kaget karena diperkenalkan sebagai pacar oleh sahabatnya itu. ini si Rio apaan sih?? Nggak tau gue lagi kebelet apa ya??
“Mmm.. Iya, aduh Rio.. Gue,,, eh aku mau ke toilet dulu ya, bentar” pamit Ify.
“Yaaaah.. Patah hati deh kita” kata dua siswi itu dan langsung meninggalkan Rio yang akhirnya menghembuskan napas lega itu.
“Sialan!” maki Iel pelan.
“Kenapa sih Yel??” tanya Via.
“Nggak papa” jawab Iel dan langsung menuju kelasnya itu.
***
“Ieeeel…!!!” seru Agni diikuti Cakka.
“Ape??” tanya Iel dengan muka masam. Tak jadi dikenakannya helm yang masih dipegangnya itu.
“Lo percaya nggak, kalo Iel sama Rio pacaran??” seru Cakka dengan nada tanya.
“Hus! Ngomong tuh yang bener. Masa’ gue ama Rio pacaran? Emangnya gue homo?!”
“Eh, maksudnya Ipyy.. Ipy pacaran sama Rio, tauuu!!”
“Serius??” tanya Iel.
“Iyaaaaaaa.. Pokoknya lo cepetan ke café deh. Katanya mereka lagi lunch bersama. Hajar aja tuh si Rio gara-gara udah macarin adek lo” kata Agni memprovokatori.
“Tuh orang! Maunya apa sih?!” desis Iel.
“Maunya jadi cowoknya adek lo, Yel” kata Cakka.
Iel tak menggubris. Langsung dikenakannya helm fullface dan diputarnya kunci pada kontak itu, langsung dilesatkannya motor cowok berukuran nggak kecil itu. Cakka dan Agni langsung mengikuti dengan motor yang dikendarai Cakka dengan kecepatan yang maksimal itu.
“Kalian beneran pacaran??” tanya Iel begitu masuk dan mendapati adiknya duduk berdua di café itu dengan Rio.
“Ng…”
“Udah, kalian cepetan jawab deh. Lama!” komentar Agni yang sudah berdiri sebagai asisten di sebelah kanan Iel.
“Tau! Bilang aja deh, yang jujur” kata Cakka, selaku asisten kedua dan berdiri disebelah kiri Iel.
“Kalo kita jadian, emangnya kenapa??” tanya Ify.
“Fy, kan udah gue bilang ke elo. Lo jangan pacaran dulu sebelum umur lo cukup tujuh belas tahun. Papa juga udah bilang gitu kan, ke elo” kata Iel.
“Tau, tuh. Elo yang nurut kek, sama kakak sendiri” kata Cakka.
“Lagian kan elo juga udah dibilangin Mama kalo belom boleh pacaran, Yo” kata Agni.
“Jadi gimana nih??” tanya Rio yang cemas melihat Ify dimarahi oleh Iel.
“Bodo, deh! Terserah lo. Ify, ayo kita balik!” kata Iel dengan nada otoriter dan memaksa sambil menyeret adiknya itu.
“Kka, berhasil nih kita. Yeey!!” kata Agni.
“Jaadi?? Kalian biang keroknya?” tanya Rio.
“Ih lo tuh mengerti kita banget deh, Yo. Yaiyalaah kita. Secara, gue kan ama Agni udah cs-an buat nindas orang lain lewat orang lain” jawab Cakka.
“Waaah gila! Devide et impera lo berdua, Kka, Ag” komentar Rio sambil geleng-geleng kepala.
“Hahaha.. Tau ah! Yuk, Ag! Kita balik” ajak Cakka.
“Eh, ntar dulu, Kka! Bukannya kita tadi marahan ya??” tanya Agni heran, dengan satu jari telunjuk di dagu sambil diketuk-ketuknya dagunya itu. Gaya sedang berpikir.
“Hah?? Iya kali” ujar Cakka.
“Kalo gitu, marahannya di-pause dulu aja deh. Ntar kalo gue udah sampe rumah, baru kita marahan lagi. Gimana??” kata Agni.
“Haaah?? Gila!! Mau manfaatin gue lo?! Ogah!! Noh, lo sama Rio aja” suruh Cakka.
“Yaudah sih. Yo, bareng ya” pinta Agni.
“Iya.. Yaudah yuk Ag” kata Rio.
“Tuh, untung Rio baik mau diajak bareng. Kalo elo?? Huh! Nggak butuh gue, weeeeek” cibir Agni pada Cakka.
Cakka hanya geleng-geleng melihat tingkah Agni itu. Ditatapnya Agni sampai dia masuk ke dalam mobil Rio. Lalu, Cakka melangkah menuju pintu keluar dan…
“Mas, Mas.. Bayar dulu makanannya!!” seru seorang pelayan.
“Haaah??” Cakka hanya bisa mangap. “Itu tadi yang makan bukan saya Mbaaaaaaaak” kata Cakka.
“Tapi kan temen-temen Mas udah pada pergi. Siapa yang mau bayar coba?? Kan kalo Mas yang bayar bisa minta ganti ke mereka” kata pelayan itu.
“Aduuuh…” keluh Cakka. Tuh kuya dua gayanya doang makan disini. Padahal makanannya nggak diabisin. Palingan juga harganya doang sama tempatnya yang mahal. Makanannya nggak enak. Awas aja entar kalo si Rio ama Ipy gak mau ganti duit gue. gue babat juga deh tuh kuya-kuya. rutuk Cakka
Namun belum sempat Cakka mengeluarkan dompet, seorang penolong langsung datang tanpa disangka-sangka.
“Eh, lo bayarin nih semuanya ya. Punyanya si Ify sama Rio. lo bungkus bawa pulang juga nggak papa. Gue lagi buru-buru nih. Daaah” Cakka langsung pergi setelah berbicara sebentar pada penolongnya itu.
Kira-kira, penolongnya itu siapa ya??
Maaf, harus dipotong dulu..
Typo mohon maaf..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar